SEJARAH
68
0
Pada tahun 1302 M, datanglah ke Dukuh Asem sepasang suami istri, yaitu Pangeran Jaya Wisaya dan Nyi Anta Sari Manik. Mereka berdua menjalankan titah tugas dari Kanjeng Susuhunan Sultan Cirebon sunan gunung jati, untuk menyebarkan agama islam, bagi masyarakat yang masih menganut animisme atau agama lainya seperti agama Hindu atau Budha serta agama karuhun lainnya semacam kepercayaan.
Asal kelahiran Pangeran Jaya Wisaya sebenarnya bukan asli Cirebon, namun dari Keraton Mataram, dan masih saudara dengan
Pangeran Dalem Panungtun yang makamnya di Giri Lawungan Majalengka (Sindangkasih) begitu pula istrinya Nyi Anta Sari Manik aslinya kelahiran Brebes Jawa Tengah. Mereka berdua bukan orang sembarangan.
Sebagai da'i penyebar agama islam yang senantiasa mengembara tentu membekali diri dengan berbagai ilmu kedigjayaan untuk berjaga-jaga, dari berbagai kemungkinan dan bahaya. Diriwayatkan keduanya memiliki Aji : Miraga pitu. Bahkan sang istri memiliki gegaman CUPU MANIK.
Pangeran Jaya Wisaya bersama istrinya merasa betah tinggal di Dukuh Asem. Selanjutnya beliau merasa perlu membentuk organisast pemerintahan di Dukuh Asem, mengingat penduduk semakin bertambah, yang tentu saja memerlukan pengurusan yang tertib, demi kepentingan dan kesejahteraan hidup bersama. Maka dibentuklah atas restu dari keraton Cirebon sebuah Kademangan Dukuh Asem, yang kemudian namanya di rubah dengan nama BARIBIS, Pada saat itu jumlah penduduk Dukuh Asem telah mencapai 224 orang seluruhnya termasuk anak-anak dan bayi.
dapun orang yang pertama di pilih oleh rakyat adalah Pangeran Jaya Wisaya, karena berkat beliaulah rakyat merasa tentram dan sejahtera. Sementara islam telah menjadi agama mereka. Ini pun berkat akhlaq yang luhur kedua suami istri itu. Sehingga misi suci mereka, menyebarkan kebenaran, tauhid, tidak mendapat perlawanan, malah di sambut dengan rela mengikuti dan memeluk agama baru, yaitu Islam.
Tentang pergantian nama menjadi Baribis, sebetulnya bukan kejadian yang terjadi begitu saja. Namun hal ini lahir dari perenungan dan konsultasi dengan para sesepuh dan tokoh masyarakat Dukuh Asem. Wallahu 'alam.
Ada yang menafsirkan dari kata BABARIBISA. Maksudnya penduduk Dukuh Asem dalam mempelajari agama islam cepat dan lancar memahami, cepat mengerti, babari bisa, kemudian diwancah, disingkat diambil gampangnya menjadi BARIBIS.
Ada pula penafsiran dari kata BEREBES, asal kelahiran Nyi Anta Sari Manik. Dimaksudkan untuk mengenang tempat asal kelahiran beliau. Sehingga antara Baribis dan Berebes tetap terjalin hubungan yang bersifat batiniah yang
diabadikan melalui nama BARIBIS. Fakta betapa sangat tuanya desa Baribis, juga didukung ofeh beberapa bukti antara lain banyaknya pemakaman umum yang tersebar khususnya di Baribis sendiri. Jika dihitung lebih dari delapan tempat pemakaman umum yang besar-besar dan luas kapasitas kuburannya paling sedikit ada dua ratusan. Yang paling banyak sekitar 4500 an (seperti halnya pemekaman Gunung Cupu yang sangat luas itu). Belum lagi kalau ditambah dengan pemakaman yang ada di desa-desa bekas anak wilayah desa Baribis, seperti Babakan Manjeti, Kutamanggu dan Batu Jaya yang baru lepas dari Baribis sekitar tahun 1983 M.